BAB I
PENDAHULUAN
I.
Latar
Belakang
Keberadaan tanaman alpukat telah cukup lama di Indonesia,
sekitar dua abad yang lalu. Pengembangan tanaman alpukat di tanah air tampaknya
belum merata. Buah alpukat merupakan buah yang memiliki nilai nutrisi, kandungan
lemak, dan energi buah yang tinggi. Buah alpukat bukan hanya sekedar sumber
vitamin dan mineral, tetapi dapat pula dijadikan bahan pangan dan penyedia
energi.
Namun masyarakat kita, khususnya masyarakat kota, hanya
sekedar menkonsumsi buah alpukat dalam bentuk sari juice buahnya bersama sirop
dan penyedap lain. Pola konsumsi hanya minum buah alpukat seyogianya dapat
diubah menjadi pola konsumsi makan buah alpukat, khususnya bagi masyarakat di
daerah wilayah dataran tinggi dan desa terpencil.
Dalam perdagangan dunia, buah
alpukat merupakan komoditas buah yang penting; volume perdagangannya menempati
urutan kelima susudah jeruk, pisang, nenas, dan mangga. Pengembangan tanaman
alpukat di tanah air pada era agribisnis saat ini kiranya akan dapat memberikan
manfaat dan meningkatkan berbagai aspek kehidupan masyarakat dan ekonomi,
khususnya dalam usaha perbaikan kesehatan gizi, serta sosial ekonomi dan
lingkungan hidup.
Tanaman alpukat merupakan tanaman
buah berupa pohon dengan nama alpuket (Jawa Barat), alpokat (Jawa Timur/Jawa
Tengah), boah pokat, jamboo pokat (Batak), advokat, jamboo mentega, jamboo
pooan, pookat (Lampung) dan lain-lain.
Tanaman alpukat bukan tanaman asli
Indonesia, tanaman alpukat berasal dari dataran rendah/tinggi Amerika Tengah
dan diperkirakan masuk ke Indonesia pada abad ke-18. Secara resmi antara tahun
1920-1930 Indonesia telah mengintroduksi 20 varietas alpukat dari Amerika
Tengah dan Amerika Serikat untuk memperoleh varietas-varietas unggul guna
meningkatkan kesehatan dan gizi masyarakat, khususnya di daerah dataran tinggi.
II.
Budidaya Buah Alpukat
A.
Teknik Penanaman
1.
Pola
Penanaman
Pola penanaman alpukat sebaiknya dilakukan
secara kombinasi antara varietas-varietasnya. Hal ini mengingat bahwa
kebanyakan varietas tanaman alpukat tidak dapat melakukan penyerbukan sendiri,
kecuali varietas ijo panjang yang memiliki tipe bunga A. Ada 2 tipe bunga dari
beberapa varietas alpukat di Indonesia, yaitu tipe A dan tipe B. Varietas yang
tergolong tipe bunga A adalah ijo panjang, ijo bundar, merah panjang, merah
bundar, waldin, butler, benuk, dickinson, puebla, taft, dan hass. Sedangkan
yang tergolong tipe B adalah collinson, itszamma, winslowsaon, fuerte, lyon,
nabal, ganter, dan queen. Penyerbukan silang hanya terjadi antara kedua tipe
bunga. Oleh karena itu, penanaman alpukat dalam suatu lahan harus dikombinasi
antara varietas yang memiliki tipe bunga A dan tipe bunga B sehingga
bunga-bunganya saling menyerbuki satu sama lain.
2. Pembuatan Lubang Tanam
·
Tanah digali dengan
ukuran panjang, lebar, dan tinggi masing-masing 75 cm. Lubang tersebut
dibiarkan terbuka selama lebih kurang 2 minggu.
·
Tanah bagian atas dan
bawah dipisahkan.
·
Lubang tanam ditutup
kembali dengan posisi seperti semula. Tanah bagian atas dicampur dulu dengan 20
kg pupuk kandang sebelum dimasukkan ke dalam lubang.
·
Lubang tanam yang telah
tertutup kembali diberi ajir untuk memindahkan mengingat letak lubang tanam.
3.
Cara
Penanaman
Waktu penanaman yang tepat adalah pada
awal musim hujan dan tanah yang ada dalam lubang tanam tidak lagi mengalami
penurunan. Hal yang perlu diperhatikan adalah tanah yang ada dalam lubang tanam
harus lebih tinggi dari tanah sekitarnya. Hal ini untuk menghindari tergenangnya
air bila disirami atau turun hujan. Langkah-langkah penanaman adalah sebagai
berikut:
·
Lubang tanam yang telah
ditutup, digali lagi dengan ukuran sebesar wadah bibit.
·
Bibit dikeluarkan dari
keranjang atau polibag dengan menyayatnya agar gumpalan tanah tetap utuh.
·
Bibit beserta tanah
yang masih menggumpal dimasukkan dalam lubang setinggi leher batang, lalu
ditimbun dan diikatkan ke ajir.
·
Setiap bibit sebaiknya
diberi naungan untuk menghindari sinar matahari secara langsung, terpaan angin,
maupun siraman air hujan. Naungan tersebut dibuat miring dengan bagian yang
tinggi di sebelah timur. Peneduh ini berfungsi sampai tumbuh tunas-tunas baru
atau lebih kurang 2-3 minggu.
4. Pemeliharaan
Tanaman
a. Penyiangan
Gulma
banyak tumbuh di sekitar tanaman karena di tempat itu banyak terdapat zat hara.
Selain merupakan saingan dalam memperoleh makanan, gulma juga merupakan tempat
bersarangnya hama dan penyakit. Oleh karena itu, agar tanaman dapat tumbuh
dengan baik maka gulma-gulma tersebut harus disiangi (dicabut) secara rutin.
b.
Penggemburan
Tanah
Tanah
yang setiap hari disiram tentu saja akan semakin padat dan udara di dalamnya
semakin sedikit. Akibatnya akar tanaman tidak dapat leluasa menyerap unsur
hara. Untuk menghindarinya, tanah di sekitar tanaman perlu digemburkan dengan
hati-hati agar akar tidak putus.
c.
Penyiraman
Bibit
yang baru ditanam memerlukan banyak air, sehingga penyiraman perludilakukan
setiap hari. Waktu yang tepat untuk menyiram adalah pagi/sore hari, dan bila
hari hujan tidak perlu disiram lagi.
d.
Pemangkasan
Tanaman
Pemangkasan
hanya dilakukan pada cabang-cabang yang tumbuh terlalu rapat atau
ranting-ranting yang mati. Pemangkasan dilakukan secara hati-hati agar luka bekas
pemangkasan terhindar dari infeksi penyakit dan luka bekas pemangkasan sebaiknya
diberi fungisida/penutup luka.
e.
Pemupukan
Dalam
pembudidayaan tanaman alpukat diperlukan program pemupukan yang baik dan
teratur. Mengingat sistem perakaran tanaman alpukat, khususnya akarakar rambutnya,
hanya sedikit dan pertumbuhannya kurang ekstensif maka pupuk harus diberikan
agak sering dengan dosis kecil.
Jumlah
pupuk yang diberikan tergantung pada umur tanaman. Bila program pemupukan
tahunan menggunakan pupuk urea (45% N), TSP (50% P), dan KCl (60% K) maka untuk
tanaman berumur muda (1-4 tahun) diberikan urea, TSP, dan KCl masing-masing
sebanyak 0,27-1,1 kg/pohon, 0,5-1 kg/pohon dan 0,2-0,83 kg/pohon. Untuk tanaman
umur produksi (5 tahun lebih) diberikan urea, TSP, dan KCl masing-masing
sebanyak 2,22-3,55 kg/pohon, 3,2 kg/pohon, dan 4 kg/pohon. Pupuk sebaiknya
diberikan 4 kali dalam setahun.
Mengingat
tanaman alpukat hanya mempunyai sedikit akar rambut, maka sebaiknya pupuk
diletakkan sedekat mungkin dengan akar. Caranya dengan menanamkan pupuk ke
dalam lubang sedalam 30-40 cm, di mana lubang tersebut dibuat tepat di bawah
tepi tajuk tanaman, melingkari tanaman.
B.
Panen
1. Ciri
dan Umur Panen
Ciri-ciri
buah yang sudah tua tetapi belum masak adalah:
·
warna kulit tua tetapi
belum menjadi cokelat/merah dan tidak mengkilap;
·
bila buah diketuk
dengan punggung kuku, menimbulkan bunyi yang nyaring;
·
bila buah
digoyang-goyang, akan terdengar goncangan biji.
Penetapan tingkat ketuaan buah tersebut
memerlukan pengalaman tersendiri. Sebaiknya perlu diamati waktu bunga mekar
sampai enam bulan kemudian, karena buah alpukat biasanya tua setelah 6-7 bulan
dari saat bunga mekar. Untuk perlu dipetik beberapa buah sebagai contoh. Bila
buah-buah contoh tersebut masak dengan baik, tandanya buah tersebut telah tua
dan siap dipanen.
2. Cara
Panen
Umumnya memanen buah alpukat dilakukan
secara manual, yaitu dipetik menggunakan tangan. Apabila kondisi fisik pohon
tidak memungkinkan untuk dipanjat, maka panen dapat dibantu dengan menggunakan
alat/galah yang diberi tangguk kain/goni pada ujungnya/tangga. Saat dipanen,
buah harus dipetik/dipotong bersama sedikit tangkai buahnya (3-5 cm) untuk
mencegah memar, luka/infeksi pada bagian dekat tangkai buah.
3. Periode
Panen
Biasanya alpukat mengalami musim
berbunga pada awal musim hujan, dan musim berbuah lebatnya biasanya pada bulan
Desember, Januari, dan Februari. Di Indonesia yang keadaan alamnya cocok untuk
pertanaman alpukat, musim panen dapat terjadi setiap bulan.
4. Prakiraan
Produksi
Produksi buah alpukat pada pohon-pohon
yang tumbuh dan berbuah baik dapatmencapai 70-80 kg/pohon/ tahun. Produksi
rata-rata yang dapat diharapkan dari setiap pohon berkisar 50 kg.
C. Pascapanen
1. Pencucian
Pencucian dimaksudkan untuk
menghilangkan segala macam kotoran yang menempel sehingga mempermudah
penggolongan/penyortiran. Cara pencucian tergantung pada kotoran yang menempel.
2. Penyortiran
Penyortiran buah dilakukan sejak masih
berada di tingkat petani, dengan tujuan memilih buah yang baik dan memenuhi
syarat, buah yang diharapkan adalah yang memiliki ciri sebagai berikut:
·
Tidak cacat, kulit buah
harus mulus tanpa bercak.
·
Cukup tua tapi belum
matang.
·
Ukuran buah seragam.
Biasanya dipakai standar dalam 1 kg terdiri dari 3 buah
atau berbobot maksimal 400 g.
·
Bentuk buah seragam.
Pesanan paling banyak adalah yang berbentuk
lonceng.
Buah yang banyak diminta importir untuk
konsumen luar negeri adalah buah alpukat yang dagingnya berwarna kuning mentega
tanpa serat. Sedangkan untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri, semua syarat tadi
tidak terlalu diperhitungkan.
3. Pemeraman
dan Penyimpanan
Alpukat baru dapat dikonsumsi bila sudah
masak. Untuk mencapai tingkat kemasan ini diperlukan waktu sekitar 7 hari
setelah petik (bila buah dipetik pada saat sudah cukup ketuaannya). Bila
tenggang waktu tersebut akan dipercepat, maka buah harus diperam terlebih dulu.
Untuk keperluan ekspor, tidak perlu dilakukan pemeraman karena tenggang waktu
ini disesuaikan dengan lamanya perjalanan untuk sampai di tempat tujuan.
Cara pemeraman alpukat masih sangat
sederhana. Pada umumnya hanya dengan memasukkan buah ke dalam karung goni,
kemudian ujungnya diikat rapat. Setelah itu karung diletakkan di tempat yang
kering dan bersih. Karena alpukat mempunyai umur simpan hanya sampai sekitar 7
hari (sejak petik sampai siap dikonsumsi), maka bila ingin memperlambat umur
simpan tersebut dapat dilakukan dengan menyimpannya dalam ruangan bersuhu 5
derajat C. Dengan cara tersebut, umur penyimpanan dapat diperlambat samapai
30-40 hari.
4. Pengemasan
dan Pengangkutan
Kemasan adalah wadah/tempat yang
digunakan untuk mengemas suatu komoditas. Kemasan untuk pasar lokal berbeda
dengan yang untuk diekspor. Untuk pemasaran di dalam negeri, buah alpukat
dikemas dalam karung-karung plastik/keranjang, lalu diangkut dengan menggunakan
truk. Sedangkan kemasan untuk ekspor berbeda lagi, yaitu umumnya menggunakan
kotak karton berkapasitas 5 kg buah alpukat. Sebelum dimasukkan ke dalam kotak karton,
alpukat dibungkus kertas tissue, kemudian diatur sususannya dengan diselingi
penyekat yang terbuat dari potongan karton.
III.
Masalah
yang sering timbul
A. HAMA DAN PENYAKIT
1. Hama pada Daun
a. Ulat kipat (Cricula trisfenestrata Helf)
Ciri:
Panjang tubuh 6 cm, berwarna hitam bercak-bercak putih dan dipenuhi rambut
putih. Kepala dan ekor berwarna merah menyala.
Gejala:
Daun-daun tidak utuh dan terdapat bekas gigitan. Pada serangan yang hebat, daun
habis sama sekali tetapi tanaman tidak akan mati, dan terlihat kepompong
bergelantungan.
Pengendalian:
Menggunakan insektisida yang mengandung bahan aktif monokrotofos atau
Sipermetein, misal Cymbush 50 EC dengan dosis 1-3 cc/liter atau Azodrin 15 WSC
dengan dosis 2-3 cc/liter.
b.
Ulat kupu-kupu gajah (Attacus atlas L.)
Ciri:
Sayap kupu-kupu dapat mencapai ukuran 25 cm dengan warna coklat kemerahan dan
segitiga tansparan. Ulat berwarna hijau tertutup tepung putih, panjang 15 cm
dan mempunyai duri yang berdaging. Pupa terdapat di dalam kepompong yang
berwarna coklat.
Gejala:
Sama dengan gejala serangan ulat kipat, tetapi kepompong tidak bergelantungan
melainkan terdapat di antara daun.
Pengendalian:
Sama dengan pemberantasan ulat kipat.
c. Aphis gossypii Glov/A. Cucumeris,
A. cucurbitii/Aphis kapas.
Ciri:
Warna tubuh hijau tua sampai hitam atau kunig coklat. Hama ini mengeluarkan
embun madu yang biasanya ditumbuhi cendawan jelaga sehingga daun menjadi hitam
dan semut berdatangan.
Gejala:
Pertumbuhan tanaman terganggu. Pada serangan yang hebat tanaman akan kerdil dan
terpilin.
Pengendalian:
Disemprot dengan insektisida berbahan aktif asefat/dimetoat,
misalnya
Orthene 75 SP dengan dosis 0,5-0,8 gram/liter atau Roxion 2 cc/liter.
d. Kutu
dompolan putih (Pseudococcus citri Risso)/Planococcus citri Risso
Ciri:
Bentuk tubuh elips, berwarna coklat kekuningan sampai merah oranye, tertutup tepung putih, ukuran
tubuh 3 mm, mempunyai tonjolan di tepi tubuh dengan jumlah 14-18 pasang dan yang terpanjang di bagian
pantatnya.
Gejala: Pertumbuhan tanaman terhambat
dan kurus. Tunas muda, daun, batang, tangkai bunga, tangkai buah, dan buah yang terserang akan terlihat
pucat, tertutup massa berwarna
putih, dan lama kelamaan kering. Pengendalian: Disemprot dengan insektisida yang mengandung
bahan aktif formotion, monokrotofos, dimetoat, atau karbaril. Misalnya anthion 30 EC dosis 1-1,5 liter/ha,
Sevin 85 S dosis 0,2% dari konsentrasi
fomula.
e.
Tungau
merah (Tetranychus cinnabarinus Boisd)
Ciri:
Tubuh tungau betina berwarna merah tua/merah kecoklatan, sedangkan tungau jantan hijau
kekuningan/kemerahan. Terdapat beberapa bercak hitam, kaki dan bagian mulut putih, ukuran tubuh 0,5 mm.
Gejala:
Permukaan daun berbintikbintik kuning
yang kemudian akan berubah menjadi merah tua seperti karat. Di bawah permukaan daun tampak anyaman
benang yang halus. Serangan yang hebat
dapat menyebabkan daun menjadi layu dan rontok.
Pengendalian: Disemprot dengan akarisida Kelthan MF
yang mengandung bahan aktif dikofoldan,
dengan dosis 0,6-1 liter/ha.
2. Hama pada Buah
a.
Lalat
buah Dacus (Dacus dorsalis Hend.)
Ciri:
Ukuran tubuh 6 - 8 mm dengan bentangan sayap 5 - 7 mm. Bagian dada berwarna
coklat tua bercak kuning/putih dan bagian perut coklat muda dengan pita coklat
tua. Stadium larva berwarna putih pada saat masih muda dan kekuningan setelah
dewasa, panjang tubuhnya 1 cm.
Gejala:
Terlihat bintik hitam/bejolan pada permukaan buah, yang merupakan tusukan hama
sekaligus tempat untuk meletakkan telur. Bagian dalam buah berlubang dan busuk
karena dimakan larva.
Pengendalian:
Dengan umpan minyak citronella/umpan protein malation akan mematikan lalat yang
memakannya. Penyemprotan insektisida dapat dilakukan antara lain dengan
Hostathion 40 EC yang berbahan aktif triazofos dosis 2 cc/liter dan tindakan
yang paling baik adalah memusnahkan semua buah yang terserang atau membalik
tanah agar larva terkena sinar matahari dan mati.
b.
Codot (Cynopterus sp)
Ciri:
Tubuh seperti kelelawar tetapi ukurannya lebih kecil menyerang buah-buahan pada
malam hari.
Gejala:
Terdapat bagian buah yang berlubang bekas gigitan. Buah yang terserang hanya
yang telah tua, dan bagian yang dimakan adalah daging buahnya saja.
Pengendalian:
Menangkap codot menggunakan jala/menakut-nakutinya menggunakan kincir angin
yang diberi peluit sehingga
dapat
menimbulkan suara.
3. Hama pada Cabang/Ranting
a.
Kumbang bubuk cabang (Xyleborus coffeae Wurth
/ Xylosandrus morigerus Bldf).
Ciri:
Kumbang yang lebih menyukai tanaman kopi ini berwarna coklat tua dan berukuran
1,5 mm. Larvanya berwarna putih dan panjangnya 2 mm.
Gejala:
Terdapat lubang yang menyerupai terowongan pada cabang atau ranting. Terowongan
itu dapat semakin besar sehingga makanan tidak dapat tersalurakan ke daun,
kemudian daun menjadi layu dan akhirnya cabang atau ranting tersebut mati.
Pengendalian:
Cabang/ranting yang terserang dipangkas dan dibakar. Dapat juga disemprot
insektisida berbahan aktif asefat atau diazinon yang terkandung dalam Orthene
75 SP dengan dosis pemberian 0,5-0,8 gram/liter dan Diazinon 60 EC dosis 1-2
cc/liter.
4. Penyakit yang disebabkan Jamur
a.
Antraknosa
Penyebab:
Jamur Colletotrichum gloeosporioides (Penz.) sacc. Yang mempunyai miselium
berwarna cokleat hijau sampai hitam kelabu dan sporanya berwarna jingga.
Gejala:
Penyakit ini menyerang semua bagian tanaman, kecuali akar. Bagian yang
terinfeksi berwarna cokelat karat, kemudian daun, bunga, buah/cabang tanaman
yang terserang akan gugur.
Pengendalian:
Pemangkasan ranting dan cabang yang mati. Penelitian buah dilakukan agak awal
(sudah tua tapi belum matang). Dapat juga disemprot dengan fungisida yang
berbahan aktif maneb seperti pada Velimex 80 WP. Fungisida ini diberikan 2
minggu sebelum pemetikan dengan dosis 2-2,5 gram/liter.
b.
Bercak daun atau bercak cokelat
Penyebab:
cercospora purpurea Cke./dikenal juga dengan Pseudocercospora purpurea
(Cke.) Derghton. Jamur ini berwarna gelap dan menyukai tempat lembab.
Gejala:
bercak cokelat muda dengan tepi cokelat tua di permukaan daun atau buah.
Bila cuaca lembab, bercak cokelat berubah menjadi bintik-bintik kelabu.
Bila dibiarkan, lama-kelamaan akan menjadi lubang yang dapat dimasuki organisme
lain.
Pengendalian:
Penyemprotan fungisida Masalgin 50 WP yang mengandung benomyl, dengan
dosis 1-2 gram/liter atau dapat juga dengan mengoleskan bubur Bordeaux.
c.
Busuk
akar dan kanker batang
Penyebab:
Jamur Phytophthora yang hidup saprofit di tanah yang mengandung bahan organik,
menyukai tanah basah dengan drainase jelek. Gejala: Bila tanaman yang
terserang akarnya maka pertumbuhannya menjadi terganggu, tunas mudanya jarang
tumbuh. Akibat yang paling fatal adalah kematian pohon. Bila batang tanaman
yang terserang maka akan tampak perubahan warna kulit pada pangkal batang.
Pengendalian:
drainase perlu diperbaiki, jangan sampai ada air yang menggenang/dengan
membongkar tanaman yang terserang kemudian diganti dengan tanaman yang baru.
d.
Busuk
buah
Penyebab:
Botryodiplodia theobromae pat. Jamur ini menyerang apabila ada luka pada
permukaan buah.
Gejala:
Bagian yang pertama kali diserang adalah ujung tangkai buah dengan tanda adanya
bercak cokelat yang tidak teratur, yang kemudian menjalar ke bagian buah. Pada
kulit buah akan timbul tonjolan-tonjolan kecil. Pengendalian: Oleskan
bubur Bordeaux/ semprotkan fungisida Velimex 80 WP yang berbahan aktif Zineb,
dengan dosis 2-2,5 gram/liter.
IV.
Manfaat
Buah Alpukat
Bagian tanaman alpukat yang banyak
dimanfaatkan adalah buahnya sebagai makanan buah segar. Selain itu pemanfaatan
daging buah alpukat yang biasa dilakukan masyarakat Eropa adalah digunakan
sebagai bahan pangan yang diolah dalam berbagai masakan. Manfaat lain dari
daging buah alpukat adalah untuk bahan dasar kosmetik. Bagian lain yang dapat
dimanfaatkan adalah daunnya yang muda sebagai obat tradisional (obat batu
ginjal, rematik).
Alpukat mampu menurunkan resiko stroke
dan serangan jantung, karena alpukat merupakan satu-satunya buah yang kaya
lemak, bahkan kadarnya lebih dari dua kali kandungan lemak dalam durian.
Alpukat juga kaya akan mineral kaliun,
tapi rendah kandungan natriumnya. Perbandingan ini mendorong suasana basa di
dalam tubuh kita. Berkurangnya keasaman tubuh (darah dan jaringan ) akan
menekan munculnya penyakit akibat kondisi tubuh terlalu asam, seperti alergi,
pusing, panic, gangguan napas, gangguan cerna.
Karena kadar asam folat dan vitamin
E-nya juga tinggi, alpukat lebih efektif dalam meredam hipertensi dan dapat
membantu memperlancar aliran darah.
Berbeda dari buah-buahan lainnya,
alpukat hampir tidak mengandung pati, sedikit mengandung gula buah, tapi berlimpah
selulose. Faktor ini menjadikan alpukat dianjurkan sebagai bagian dari menu
untuk mengendalikan diabetes.
BAB
II
KARAKTERISTIK
BUAH ALPUKAT
I.
Jenis
Tanaman Alpukat
Klasifikasi
lengkap tanaman alpukat adalah sebagai berikut:
Divisi
: Spermatophyta
Anak
divisi : Angiospermae
Kelas : Dicotyledoneae
Bangsa
: Ranales
Keluarga
: Lauraceae
Marga : Persea
Varietas : Persea americana Mill
Berdasarkan
sifat ekologis, tanaman alpukat terdiri dari 3 tipe keturunan/ras, yaitu:
A.
Ras Meksiko
Berasal dari dataran tinggi Meksiko
dan Equador beriklim semi tropis dengan ketinggian antara 2.400-2.800 m dpl.
Ras ini mempunyai daun dan buahnya yang berbau adas. Masa berbunga sampai buah
bisa dipanen lebih kurang 6 bulan. Buah kecil dengan berat 100-225 gram, bentuk
jorong (oval), bertangkai pendek, kulitnya tipis dan licin. Biji besar memenuhi
rongga buah. Daging buah mempunyai kandungan minyak/lemak yang paling tinggi.
Ras ini tahan terhadap suhu dingin.
B.
Ras Guatemala
Berasal dari dataran tinggi Amerika
Tengah beriklim sub tropis dengan ketinggian sekitar 800-2.400 m dpl. Ras ini
kurang tahan terhadap suhu dingin (toleransi sampai -4,5 derajat C). Daunnya
tidak berbau adas. Buah mempunyai ukuran yang cukup besar, berat berkisar
antara 200-2.300 gram, kulit buah tebal, keras, mudah rusak dan kasar
(berbintil-bintil). Masak buah antara 9-12 bulan sesudah berbunga. Bijinya
relatif berukuran kecil dan menempel erat dalam rongga, dengan kulit biji yang
melekat. Daging buah mempunyai kandungan minyak yang sedang.
C.
Ras Hindia Barat
Berasal dari dataran rendah Amerika
Tengah dan Amerika Selatan yang beriklim tropis, dengan ketinggian di bawah 800
m dpl. Varietas ini sangat peka terhadap suhu rendah, dengan toleransi sampai
minus 2 derajat C. Daunnya tidak berbau adas, warna daunnya lebih terang
dibandingkan dengan kedua ras yang lain. Buahnya berukuran besar dengan berat
antara 400-2.300 gram, tangkai pendek, kulit buah licin agak liat dan tebal.
Buah masak 6-9 bulan sesudah berbunga. Biji besar dan sering lepas di dalam
rongga, keping biji kasar. Kandungan minyak dari daging buahnya paling rendah.
II.
Varietas Buah Alpukat
Varietas-varietas alpukat di Indonesia dapat digolongkan
menjadi dua, yaitu:
A. Varietas unggul
Sifat-sifat unggul tersebut antara
lain produksinya tinggi, toleran terhadap hama dan penyakit, buah seragam
berbentuk oval dan berukuran sedang, daging buah berkualitas baik dan tidak
berserat, berbiji kecil melekat pada rongga biji, serta kulit buahnya licin.
Sampai dengan tanggal 14 Januari 1987, Menteri Pertanian telah menetapkan 2
varietas alpukat unggul, yaitu alpukat ijo panjang dan ijo bundar. Sifat-sifat
kedua varietas tersebut antara lain:
- Tinggi pohon: alpukat ijo
panjang 5-8 m, alpukat ijo bundar 6-8 m.
- Bentuk daun: alpukat ijo panjang
bulat panjang dengan tepi rata, alpukat ijo bundar bulat panjang dengan
tepi berombak.
- Berbuah: alpukat ijo panjang
terus-menerus, tergantung pada lokasi dan kesuburan lahan, alpukat ijo
bundar terus-menerus, tergantung pada lokasi dan kesuburan lahan.
- Berat buah: alpukat ijo panjang
0,3-0,5 kg, alpukat ijo bundar 0,3-0,4 kg
- Bentuk buah: alpukat ijo
panjang bentuk pear (pyriform), alpukat ijo bundar lonjong (oblong).
- Rasa buah: alpukat ijo panjang
enak, gurih, agak lunak, alpukat ijo bundar enak, gurih, agak kering.
- Diameter buah: alpukat ijo
panjang 6,5-10 cm (rata-rata 8 cm), alpukat ijo bundar 7,5 cm.
- Panjang buah: alpukat ijo
panjang 11,5-18 cm (rata-rata 14 cm), alpukat ijo bundar 9 cm.
- Hasil: alpukat ijo panjang
40-80 kg /pohon/tahun (rata-rata 50 kg), alpukat ijo bundar 20-60
kg/pohon/tahun (rata-rata 30 kg).
B. Varietas lain
Varietas alpukat kelompok ini
merupakan plasma nutfah Instalasi Penelitian dan Pengkajian Teknologi, Tlekung,
Malang. Beberapa varietas alpukat yang terdapat di kebun percobaan Tlekung,
Malang adalah alpukat merah panjang, merah bundar, dickson, butler, winslowson,
benik, puebla, furete, collinson, waldin, ganter, mexcola, duke, ryan,
leucadia, queen dan edranol.
BAB III
PENENTUAN MUTU BUAH ALPUKAT
I.
Komposisi Kimia Buah Alpukat
Komponen kimia alpukat tergantung dari jenis serta tingkat
kematangan. Beberapa komposisi kimia penting yang terdapat dalam daging buah
alpukat dapat dilihat pada table berikut.
Kandungan
|
Jumlah/Kadar
|
Air (%)
|
84.3
|
Protein (%)
|
0.55
|
Lemak (%)
|
3.97
|
Karbphidrat (%)
|
4.70
|
Zat Besi (%)
|
0.5
|
Vitamin A (IU)
|
110
|
Vitamin B1 (mg)
|
0.03
|
Vitamin C (mg)
|
8
|
Energi (Kj/100J)
|
600-800
|
II.
Klasifikasi
dan Standar Mutu
Alpukat
digolongkan dalam 3 macam ukuran berdasarkan berat, yaitu:
·
Alpukat besar : 451-550
gram/buah
·
Alpukat sedang : 351-450
gram/buah
·
Alpukat kecil : 250-350
gram/buah
Penggolong mutu
buah alpukat dilakukan berdasarkan syarat mutu buah alpukat menurut Direktorat
Jendral Pertanian Tanaman Pangan (1989)
Syarat mutunya
adalah sebagai berikut:
·
Kesamaan sifat varietas: mutu I
seragam; mutu II seragam; cara pengujian organoleptik
·
Tingkat ketuaan: mutu I tua
tapi tidak terlalu matang; mutu II tua tapi tidak terlalu matang; cara
pengijian organoleptik
·
Bentuk: mutu I normal; mutu II
kurang normal; cara pengujian organoleptik
·
Kekerasan: mutu I keras; mutu
II keras; cara pengujian Organoleptik
·
Ukuran: mutu I seragam; mutu II
kurang seragam; cara pengujian SP-SMP-309-1981
·
Kerusakan (bobot/bobot): mutu I
maks 5%; mutu II 10%; cara pengujian SP-SMP-310-1981
·
Busuk (bobot/bobot): mutu I
maks 1%; mutu II 2%; cara pengujian SP-SMP-311-1981
·
Kotoran: mutu I bebas; mutu II
bebas; cara pengujian organoleptik
BAB IV
PRODUK OLAHAN BUAH ALPUKAT
BAHAN :
- 200 gram Susu full cream
bubuk
- 500ml Air
- 200 gram Gula pasir
- 250 gram Daging buah alpukat
- 1/2 sdt Garam
- 100 gram Kismis,cincang kasar
- 2 sdt Vanili cair
- Secukupnya Simpel sirup hijau
CARA
MEMBUAT:
- Campur susu full cream,air,dan
garam.Aduk hingga susu larut dan tercampur rata.
- Tambahkan gula pasir dan vanili
cair .Rebus di atas api kecil sambil diaduk terus agar adonan tercampur
rata dan mendidih.Angkat ,dinginkan.
- Campur susu dengan
alpukat.Masukkan dalam blender,proses hingga lembut.
- Dinginkan adonan dalam freezer
selama 30 menit.Keluarkan dari freezer,tambahkan kismis,lalu mixer
selama 7 menit.
- Dinginkan kembali adonan selama
20 menit,keluarkan dan mixer kembali selama 7 menit.
- Simpan adonan dalam freezer
hingga membeku dan keras.Sajikan dengan pelengkap sirup hijau dan kismis.
UNTUK
10 PORSI
RESEP
PUDING ALPUKAT
Bahan :
- 2
bungkus Agar – agar bubuk putih
- 2
buah Alpukat
- 250
gr Gula pasir
- 900
cc Susu cair tawar
- 100
cc Air panas
- 1
sdm Kopi instan bubuk
- 1
sdm Mocca pasta
Cara Membuat :
- Belah
alpukat jadi dua, buang bijinya, ambil dagingnya dan cincang halus,
sisihkan.
- Campur
kopi instan dengan air panas hingga larut.
- Masak
agar – agar, gula, susu cair dan kopi instan dalam panci hingga mendidih,
aduk – aduk.
- Tambahkan
alpukat dan mocca pasta, aduk rata, angkat.
- Kalau
sudah agak dingin, simpan dalam cetakan yang telah disediakan.
- Masukkan
kedalam lemari pendingin, potong – potong dan sajikan dalam keadaan
dingin.
BAB V
PENUTUP
I.
Kesimpulan
·
Tanaman alpukat bukan tanaman asli Indonesia, tanaman
alpukat berasal dari dataran rendah/tinggi Amerika Tengah dan diperkirakan
masuk ke Indonesia pada abad ke-18.
·
Produksi buah alpukat
pada pohon-pohon yang tumbuh dan berbuah baik dapatmencapai 70-80 kg/pohon/
tahun. Produksi rata-rata yang dapat diharapkan dari setiap pohon berkisar 50
kg.
·
Komponen kimia alpukat tergantung dari jenis serta tingkat
kematangan.
·
Tanaman alpukat dibedakan menjadi tiga macam ras yaitu, ras
Meksiko, ras Guatemala dan ras Hindia Barat.
II.
Saran
·
Pola penanaman alpukat
sebaiknya dilakukan secara kombinasi antara varietas-varietasnya.
·
Waktu penanaman yang
tepat adalah pada awal musim hujan dan tanah yang ada dalam lubang tanam tidak
lagi mengalami penurunan.
·
Saat dipanen, buah
harus dipetik/dipotong bersama sedikit tangkai buahnya (3-5 cm) untuk mencegah
memar, luka/infeksi pada bagian dekat tangkai buah.
·
Karena alpukat
mempunyai umur simpan hanya sampai sekitar 7 hari (sejak petik sampai siap
dikonsumsi), maka bila ingin memperlambat umur simpan tersebut dapat dilakukan
dengan menyimpannya dalam ruangan bersuhu 5 derajat C.
DAFTAR PUSTAKA
Kalie,
Moehd. Baga (1997). "Alpukat:
budidaya dan pemanfaatannya". Yogyakarta: Kanisius.
Indriani,
Y. Hetty; Suminarsih, Emi (1997). "Alpukat".
Jakarta: Penebar Swadaya.
Hodson,
R.W. (1950). "The avocado a gift
from the middle Americas". Economic
Botany.
Prihatman,
Kemal. 2000. Tentang Budidaya Pertanian. Jakarta
: BAPPENAS
Chotimah,
Ana Qusnul. 2008. Perlakuan Uap Panas dan
Pelilinan untuk Mempertahankan Mutu Buah Alpukat. Bandung : IPB